PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN PETA KONSEP PADA
MATERI
SISTEM GERAK PADA MANUSIA DI KELAS VIIIc
MTs DARUL IHSAN ACEH BESAR
Oleh :
Eliyanti, S. Pd. I
Dosen Fakultas Tarbiyah Jurusan Biologi
Universitas Muhammadiyah Aceh
Abstrak:
Rendahnya hasil belajar siswa pada materi Sistem Gerak Manusia disebabkan oleh
kesulitan siswa dalam memahami materi ini, selain itu metode pembelajaran yang
digunakan juga kurang tepat. Upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa
adalah dengan menggunakan metode peta konsep. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui ketuntasan belajar siswa pada materi Sistem Gerak Manusia dan respon
siswa terhadap penerapan metode peta konsep pada pembelajaran materi sistem
gerak manusia. Subyek penelitian ini
adalah siswa kelas VIIIc MTs Darul Ihsan sebanyak 34 orang. Rancangan
penelitian yang digunakan adalah pre-eksperimen dengan desain one shot case study. Pengambilan data
menggunakan test dan angket, analisis data melalui teknik persentase. Hasil
penelitian diperoleh 30 siswa (88,23%) mencapai ketuntasan belajar minimal
(KKM) yang ditetapkan 63. Respon siswa terhadap pembelajaran dengan mengunakan
peta konsep yang diterapkan sangat positif.
Keyword:
Penerapan metode pembelajaran peta konsep
1.
PENDAHULUAN
Proses belajar mengajar secara formal
adalah suatu kegiatan yang dilaksanakan secara bertatap muka antara guru
sebagai pendidik dan siswa sebagai anak didik. Proses belajar mengajar
berlangsung terus menerus dengan suatu rencana yang telah diprogramkan bersama.
Belajar adalah suatu usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya ( Slameto, 2003).
Ada beberapa factor yang dapat
mempengaruhi penguasaan seorang siswa terhadap satuan pelajaran yaitu: bakat
untuk mempelajari sesuatu, mutu pengajaran, kesanggupan untuk memahami
pengajaran, ketekunan dan waktu yang tersedia untuk belajar ( Nasution, 2003). factor
terse but dimaksudkan agar siswa dapat mencapai ketuntasan belajar sesuai
criteria yang telah ditetapkan.
Pembelajaran akan bermakna bagi siswa
apabila guru mampu menerapkan bagaimana cara belajar, bagaimana cara berfikir,
bagaimana cara menyelesaikan masalah dan membuat keputusan, dan bagaimana
memotivasi siswa untuk belajar. Tidak sepatutnya, siswa bersusah payah
menghafal sekumpulan konsep padahal bagi siswa konsep terse but tidak dipahaminya.
Penyebab rendahnya hasil belajar yang dicapai siswa, diantaranya membudayanya
belajar hafalan yang dilakukan siswa menjelang diadakan ujian. Siswa belum
biasa belajar bermakna yaitu dengan mengaitkan pengetahuan baru dengan
pengetahuan lama( I Nyoman Muliasa, 2002).
Jika guru mengaitkan pengetahuan awal dengan pengetahuan yang
dipelajarinya, dapat diharapkan bahwa anak akan terlibat secara aktif dalam
pembelajaran, terutama pembelajaran biologi. Guru bertanggung jawab untuk
memberikan informasi tentang pelajaran biologi dan guru harus mampu membuat
siswa tertarik untuk mempelajari konsep- konsep biologi sehingga tujuan
pembelajaran yang diharapkan dapat tercapai, maka hendaklah guru berperan dalam
menjadikan pembelajaran dengan penyampaian yang tepat. Pendekatan mengajar
merupakan suatu cara atau jalan yang harus dilalui dalam mengajar (Saiful, 2006).
Biologi merupakan mata pelajaran yang
sudah diajarkan di tingkat SLTP dan SLTA yang berguna untuk memberikan
pengetahuan tentang alam dan lingkungan serta makhluk hidup yang tinggal di
dalamnya, serta mengenmbangkan ketrampilan, wawasan dan kesadaran tentang ilmu
yang berkaitan dengan pemanfaatannya dalam kehidupan sehari- hari. Salah satu
materi biologi yang diajarkan di kelas VIII adalah materi system gerak. Berdasarkan
silabus, Standar Kompetensi (SK) system gerak adalah “ No. 1. Memahami berbagai system dalam kehidupan
manusia”, sedangkan Kompetensi Dasar dengan “No. 1.3. Mendeskripsikan system gerak
pada manusia dan hubungannya dengan kesehatan”( BNSP, 2006).
Sebenarnya banyak pendekatan
pembelajaran yang dapat digunakan guru ketika mengajar. Salah satu alat
pembelajaran yang berdasarkan belajar bermakna adalah pembelajaran peta konsep.
Peta konsep pertama sekali dikembangkan oleh Tony Buzan, kepada Brain
Foundation. Peta pikiran (peta konsep) adalah “metode mencatat kreatif yang
memudahkan siswa mengingat banyaknya informasi”. Setelah selesai, catatan yang
di buat siswa membentuk sebuah pola gagasan yang saling bekaitan, dengan topic utama
di tengah-tengah dan sup topikserta perincian menjadi cabang-cabangnya. metode
mencatat yang baik membantu siswa mengingat perkataan dan bacaan, meningkatkan
pemahaman terhadap materi, dan memberikan wawasan baru ( Bobbi, 2002).
Peta konsep merupakan suatu jarring-
jarring pembelajaran yang menunjukkan konsep apa saja yang perlu dipelajari
siswa dan bagaimana keterkaitan konsep- konsep terse but sebagai alat
pembelajaran. Peta konsep membantu siswa aktif berfikir untuk memusatkan pada
sejumlah ide- ide pokok (berupa konsep- konsep) dari satu pokok bahasan.
Penerapan peta konsep yang dilakukan guru dalam pembelajaran membantu siswa
mengingat kembali materi yang telah dipelajari. Oleh karena itu, siswa tidak
perlu membuat catatan selengkap mungkin, tetapi cukup membuat informasi
(konsep) penting dari materi pelajaran. Peta konsep dimaksudkan untuk
menggambarkan hubungan yang bermakna antara konsep- konsep dalam bentuk dua
atau lebih konsep yang dihubungkan dengan kata- kata sehingga membentuk suatu
kalimat yang bermakna. Dalam bentuk yang
paling sederhana, peta konsep terdiri atas dua konsep yang dihubungkan dengan
satu kata untuk membentuk suatu kalimat bermakna.
Setiap strategi dam metode pembelajaran
memiliki cirri- cirri khusus yang membedakan setiap strategi dan metode. Adapun
yang menjadi cirri peta konsep adalah: (1) peta konsep adalah suatu cara untuk
memperlihatkan konsep- konsep dan proposisi- proposisi suatu bidang studi. (2)
peta konsep merupakan suatu gambar dua dimensi dari suatu bidang studi. (3)
memperlihatkan hubungan antara konsep- konsep. (4) hierarki, yaitu konsep yang
lebih inklusif berada pada bagian paling atas dari peta, makin ke bawah konsep
diurutkan makin menjadi lebih khusus.
Peta konsep dalam pembelajaran biologi
dapat digunakan dengan beberapa cara, antara lain: (1) peta konsep yang dibuat
oleh guru; skema peta konsep dirancang oleh guru dan dibuat dalam ukuran besar
kemudian ditampilkan di depan kelas untuk diperlihatkan pada siswa. Guru
menjelaskan konsep- konsep terse but. (2) peta konsep yang dibuat oleh guru dan
siswa; pete konsep yang digunakan adalah gabungan antara peta konsep yang
dibuat oleh guru dan peta konsep yang dibuat oleh siswa, siswa hanya mengisi
konsep- konsep dari skema yang sudah dibuat oleh guru. (3) peta konsep yang
dibuat oleh siswa; skema peta konsep dirancang sendiri oleh siswa, guru hanya
memberikan bahan bacaan kepada siswa mengenai materi yang akan diajarkan, dan
menyuruh siswa mencari beberapa konsep yang terdapat dalam bacaan,
mengurutkannya dari yang paling umum ke yang paling khusus.
Dalam praktek pelaksanaan kegiatan
belajar mengajar di MTs Darul Ihsan, khususnya
pada materi system gerak pada manusia dari hasil observasi didapatkan,
metode pembelajaraan yang digunakan adalah metode diskusi dan dan pembelajaran
langsung berupa tanya jawab, dimana proses pembelajaran dimulai guru dengan
mengelompokkan siswa berdasarkan tempat duduk, bukan melihat kemampuan siswa.
Seharusnya kelompok yang baik adalah kelompok yang siswanya mempunyai kemampuan
yang berbeda- beda (heterogen) yaitu kelompok yang terdiri dari siswa yang
berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah ( Anita, 2004).
Berdasarkan hasil wawancara dengan salah
satu guru di MTs Darul Ihsan diperoleh
gambaran bahwa pembelajaran di kelas khususnya materi system gerak pada manusia
dengan metode diskusi dan tanya jawab , siswa kurang aktif. Keaktifan belajar
adalah keterlibatan aktif siswa dalam proses belajar mengajar dan merespon
pelajaran yang diberikan guru. Siswa dikatakan aktif apabila siswa menanggapi
pelajaran yang sedaang diajarkan guru dan ikut serta memecahkan masalah saat
terjadi pembelajaran. Observasi awal menunjukkan kelas VIIIc yang siswanya
berjumlah 34 orang, hanya 12 orang yang dinyatakan lulus saat evaluasi pada
materi system gerak pada manusia, sedangkan siswa yang lain harus remedial.
Oleh karena itu, diperlukan suatu alternative lain dari guru untuk meningkatkan
nilai mata pelajaran terse but. Salah satu alternative terse but adalah dengan
menggunakan peta konsep dengan tujuan agar siswa termotivasi pada materi yang
akan diberikan kepadanya.
Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui penggunaan peta konsep terhadap ketuntasan belajar siswa kelas VIIIc
MTs Darul Ihsan pada materi system gerak pada manusia dan untuk mengetahui
respon siswa terhadap penerapan pembelajaran materi sistem gerak pada manusia
pada siswa kelas VIIIc MTs Darul Ihsan.
2.
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
pre-eksperimen dengan desain one shot
case study yaitu penelitian yang menjadikan satu kelas sebagai sampel
penelitian dengan satu kali post-tes. Hal tersebut senada dengan teori yang
mengatakan bahwa “salah satu rancangan eksperimen yang termasuk kelompok
pre-eksperimen adalah the one shot case
study. Pada rancangan ini digunakan satu kelompok yang diberikan perlakuan dan
kemudian setelah perlakuan dianggap cukup, diadakan tes. Jika hasil tes itu
baik, perlakuan yang diberikan dinyatakan berhasil ( Sunarto, 2001).
Data pada penelitian
ini diperoleh melalui tes berupa tes akhir (poes-test). Setelah data terkumpul
yaitu angka dari tes hasil belajar ditabulasi dalam table analisis. Data
dianalisis dengan menggunakan teori ketuntasan belajar dan disesuaikan dengan
criteria ketuntasan minimal (KKM) khusus bidang studi biologi. Data juga
diperoleh melalui angket yang bertujuan untuk mengetahui bagaimana respon siswa
terhadap pembelajaran materi system gerak pada manusia dengan menggunakan
metode peta konsep. Angket dibagikan kepada semua siswa di akhir pertemuan
pembelajaran untuk diisi setelah tes akhir hasil belajar siswa.
Hasil tes kemudian diolah dengan statistic untuk melihat
bagaimanakah penggunaan peta konsep terhadap ketuntasan belajar siswa kelas VIIIc
MTs Darul Ihsan pada materi system gerak pada manusia dan juga untuk melihat
respon siswa kelas VIIIc MTs Darul Ihsan
terhadap pembelajaran dengan peta konsep pada materi system gerak pada manusia.
Uji analisis yang digunakan untuk mengetahui kedua hal tersebut adalah uji
persentase.
3.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil tes yang dilakukan
diketahui tingkat ketuntasan belajar siswa setelah penerapan peta konsep dapat
dilihat pada table berikut:
No
|
Kode siswa
|
Skor siswa
|
Kriteria hasil belajar
|
1
|
X1
|
70
|
Tuntas
|
2
|
X2
|
85
|
Tuntas
|
3
|
X3
|
80
|
Tuntas
|
4
|
X4
|
75
|
Tuntas
|
5
|
X5
|
70
|
Tuntas
|
6
|
X6
|
75
|
Tuntas
|
7
|
X7
|
65
|
Tuntas
|
8
|
X8
|
80
|
Tuntas
|
9
|
X9
|
80
|
Tuntas
|
10
|
X10
|
75
|
Tuntas
|
11
|
X11
|
70
|
Tuntas
|
12
|
X12
|
80
|
Tuntas
|
13
|
X13
|
75
|
Tuntas
|
14
|
X14
|
55
|
Tidak tuntas
|
15
|
X15
|
70
|
Tuntas
|
16
|
X16
|
55
|
Tidak tuntas
|
17
|
X17
|
75
|
Tuntas
|
18
|
X18
|
80
|
Tuntas
|
19
|
X19
|
75
|
Tuntas
|
20
|
X20
|
65
|
Tuntas
|
21
|
X21
|
90
|
Tuntas
|
22
|
X22
|
60
|
Tidak tuntas
|
23
|
X23
|
70
|
Tuntas
|
24
|
X24
|
65
|
Tuntas
|
25
|
X25
|
70
|
Tuntas
|
26
|
X26
|
75
|
Tuntas
|
27
|
X27
|
70
|
Tuntas
|
28
|
X28
|
80
|
Tuntas
|
29
|
X29
|
75
|
Tuntas
|
30
|
X30
|
70
|
Tuntas
|
31
|
X31
|
55
|
Tidak tuntas
|
32
|
X32
|
75
|
Tuntas
|
33
|
X33
|
65
|
Tuntas
|
34
|
X34
|
65
|
Tuntas
|
Dari table di atas diperoleh persentase
nilai tes ≥ 60 adalah sebagai berikut:
P f / n x
100%
P = 30 / 34 x 100%
P = 88,23%
Berdasarkan persentase di atas dapat
diketahui bahwa 30 siswa (88,23%) tuntas belajarnya, sedangkan 4 siswa (11,76%)
tidak tuntas belajarnya. Berdasarkan criteria yang telah ditetapkan oleh
sekolah yang diteliti menyatakan bahwa seorang siswa dikatakan tuntas belajar
bila memiliki daya serap paling sedikit 63%, sedangkan ketuntasan belajar
klasical tercapai bila paling sedikit 80% siswa di kelas tersebut telah tuntas
belajar, maka dapat disimpulkan bahwa ketuntasan belajar secara klasical
termasuk kategori tuntas.
Berdasarkan data hasil penelitian yang
diperoleh melalui angket respon siswa terhadap pembelajaran dengan peta konsep
adalah positif. Hal itu terlihat dari jawaban siswa pada saat diajukan
pertanyaan, “pendapat siswa mengenai materi system gerak pada manusia yang
diajarkan dengan peta konsep dapat dengan mudah dipahami siswa”, hampir semua
siswa (85,29%) berpendapat bahwa siswa
dapat lebih mudah memahami materi system gerak melalui penggunaan peta konsep. Hal
itu disebabkan karena peta konsep merupakan belajar bermakna yang mengaitkan
informasi yang baru dengan informasi lama.
Pertanyaan kedua yang diajukan mendapat
respon 82,34% siswa setuju bahwa siswa dapat dengan mudah mengingat konsep-
konsep system gerak pada manusia, karena penyajian materinya yang tidak
membosankan hal ini karena pada saat pembelajaran berlangsung peta konsep
dibuat sendiri oleh siswa. Penyusunan peta konsep merupakan pencerminan dari
struktur konseptual yang dimiliki oleh seseorang. Oleh karena itu, peta konsep
yang dibuat seseorang dengan orang lain belum tentu sama disebabkan sudut
pandang setiap orang berbeda sehingga berbeda pula peta konsep yang dihasilkan.
Pertanyaan pendapat siswa tentang siswa
tidak merasa ada perbedaan antara belajar melalui peta konsep dengan belajar
seperti biasa mendapat respon 73, 52% siswa tidak setuju, karena sebagian besar
siswa merasakan adanya perbedaan antara belajar melalui peta konsep dengan
belajar seperti biasa. Hal ini terlihat pada saat pembuatan peta konsep siswa
sangat aktif. Sebanyak 58,82% siswa menjawab tidak setuju terhadap pernyataan
siswa tidak dapat memahami dengan jelas system kerja kelompok yang digunakan
dalam pembelajaran menggunakan peta konsep. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa siswa dapat memahami dengan jelas system kerja kelompok yang digunakan
dalan pembelajaran menggunakan peta konsep.
Siswa berminat mengikuti kegiatan
pembelajaran dengan menggunakan peta konsep pada materi yang lain, hal ini
terbukti dengan 58,82% siswa menjawab setuju dan 29,41% siswa menjawab sangat
setuju pada pertanyaan tentang minat siswa mengikuti kegiatan pembelajaran
dengan peta konsep pada materi yang lain. Tentang peta konsep cocok diterapkan
untuk materi biologi yang lainnya, siswa menjawab 44,11% setuju, 50% sangat
setuju, dan hanya 5,88% tidak setuju. Data tersebut menggambarkan bahwa
sebagian besar siswa sangat setuju jika peta konsep diterapkan untuk materi
biologi yang lain.
Sebanyak 73,52% siswa menjawab tidak
setuju jika dikatakan siswa tidak merasakan suasana yang aktif dalam kegiatan
pembelajaran materi system gerak pada manusia dengan menggunakan peta konsep,
hanya 20,58% siswa menjawab setuju, dan 5,88% siswa menjawab sangat setuju. Pendapat
bahwa siswa tidak mandiri dalam belajar dengan menggunakan peta konsep dibantah
oleh siswa. Hal itu terbukti sebanyak 82,23% siswa menjawab tidak setuju jika
siswa dikatakan tidak mandiri dalam belajar dengan menggunakan peta konsep.
Sebagian besar siswa yaitu sebanyak
52,94% siswa menjawab setuju dan 26,47% siswa menjawab sangat setuju tentang
daya nalar dan kemampuan berfikir siswa lebih berkembang saat pembelajaran
dengan menggunakan peta konsep dan hanya 20,58% siswa menjawab tidak setuju.
Hal ini disebabkan, pada saat pembuatan peta konsep dituntut kreatifitas dari
siswa untuk menghasilkan peta konsep yang bagus. Peta konsep adalah mencatat
kreatif yang memudahkan siswa mengingat banyak informasi (Bobbi, 2002).
Berdasarkan jawaban siswa tentang
pembelajaran menggunakan peta konsep bukankah merupakan pembelajaran yang baru
diketahui 61,76% siswa menjawab tdak setuju, 23,52% siswa menjawab sangat
setuju, dan 14,70% siswaa menjawab setuju. Dengan demikian, pembelajaran
menggunakan peta konsep bukan merupakan pembelajaran yang baru bagi siswa.
Kriteria ketuntasan minimum di MTs
Darul Ihsan yang telah ditetapkan bahwa siswa dikatakan tuntas belajar apabila
memiliki daya serap paling sedikit 63%, sedangkan ketuntasan belajar secara
klasikal tercapai apabila paling sedikit 805% khususnya pada pokok bahasan
system gerak pada manusia. Data yang diperoleh menunjukkan bahwa sebanyak 4
siswa (11,76%) tidak tuntas, sedangkan 30 siswa (88,23%) tuntas sehingga
ketuntasan belajar secara klasikal digolonngkan tuntas. Berdasarkan informasi
dari guru diperoleh bahwa siswa yang belum mencapai ketuntasan telah diberikan
remedial dan telah mencapai ketuntasan. Ada beberapa factor yang dapat
mempengaruhi penguasaan seseorang siswa dalam satuan pembelajaran, seperti
dikemukakan oleh Nasution:” beberapa factor yang dapat mempengaruhi penguasaan
seorang siswa terhadap satuan pelajaran yaitu; bakat untuk memperoleh sesuatu,
mutu pengajaran, kesanggupan untuk memahami pengajaran, ketekunan, dan waktu
yang tersedia untuk belajar”. Kelima factor tersebut perlu diperhatikan guru
ketika melaksanakan pembelajaran tuntas sehingga siswa dapat mencapai
ketuntasan belajar sesuai criteria yang telah ditetapkan.
Berdasarkan data hasil angket respon siswa
terhadap pembelajaran dengan menggunakan peta konsep adalah positif dan siswa
berminat untuk mengikuti pembelajaran berikutnya dengan menggunakan peta
konsep. Minat positif dari siswa akan membuat siswa antusias untuk belajar
sehingga siswa diharapkan dapat memperoleh hasil belajar yang lebih baik. Siswa
juga berpendapat bahwa dengan peta konsep siswa mudah mengingat konsep- konsep
system gerak pada manusia karena penyajian materinya yang tidak membosankan. Selain
itu, pembelajaran dengan menggunakan peta konsep bukan merupakan suatu hal yang
baru bagi siswa kelas XIc MA Darul Ihsan. Walaupun demikian, metode Tanya jawab
dan metode diskusi adalah metode yang domonan dilakukan dalam pembelajaran.
Minat merupakan factor internal yang
mrmprngaruhi prestasi belajar siswa.
Siswa yang mempunyai minat belajar yang tinggi cendrung mempunyai
prestasi belajar yang tinggi pula. Minat merupakan keinginan atau kesadaran
seseorang untuk melakukan suatu kegiatan. Maka minat seseorang terhadap
pelaajaran dapat dilihat dari kemajuan yang dicapainya dalam bidang tersebut.
Siswa yang mempunyai minat terhadap pelajaran biologi akan merasa senang,
berhasrat, dan giat dalam belajar biologi sehingga dapat menyebabkan
tercapainya prestasi yang tinggi dalam bidang studi biologi.
Apabila peta konsep tidak didukung oleh
factor tersebut maka kurang berjalan dengan baik dan mengakibatkan ketuntasan
belajar siswa akan kurang berhasil karena minat sangat berhubungan dengan
ketuntasan belajar. Dengan demikian, penggunaan peta konsep dalam proses
belajar mengajar sangat bagus sehingga siswa berhasil dalam belajar dan siswa
dapat timbul minat, semangat, dan kesadaran untuk belajar khususnya pada pokok
bahasan system gerak pada manusia.
4.
PENUTUP
Berdasarkan hasil
penelitain dan pengolahan data dapat disimpulkan bahwa penerapan pembelajaran
metode peta konsep dapat menuntaskan hasil belajar siswa pada pokok bahasan
system gerak pada manusia di kelas VIIIc MTs Darul Ihsan yaitu 88,23%. Respon
siswa terhadap pembelajaran metode peta konsep yang diterapkan di kelas VIIIc
MTs Darul Ihsan adalah positif yang ditandai dengan lebih mudahnya pemahaman
siswa pada pokok bahasan system gerak pada manusia, pembelajaran tidak
membosankan, siswa merasa lebih mandiri, dan juga mereka berminat mengikuti
pembelajaran.
Sebagai kelanjutan dari
penelitian disarankan dalam pemilihan metode mengajar, metode peta konsep
merupakan salah satu metode yang dapat digunakan oleh guru untuk menuntaskan
hasil belajar siswa. Selain itu, dalam upaya mencapai kualitas proses dan
kualitas hasil belajar mengajar diharapkan kepada guru untuk melatih
ketrampilan proses pada siswa dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk
berperan lebih dominan dalam aktivitas belajar, sedangkan guru sebagai
fasilisator.
DAFTAR PUSTAKA
Anas Sudjono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo, 2007
Bobbi
Deppoter, Quantum Teaching, Mempraktekkan
Quantum Learning di Ruang Kelas, Bandung; Kaifa, 2002
I
Nyoman Muliasa, Penggunaan Peta Konsep
dalam Pembelajaran (makalah), Malang: Program pasca Sarjana UNM, 2002
Lie
Anita, Cooperatif Learning: Mempraktekkan Kooperatif Learning
di Ruang Kelas, Jakarta; Gramedia Widiasarana Indonesia, 2004
Nasution,
Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar
dan Mengajar, Jakarta; Bumi Aksara, 2003
Oemar
Hamalik, Proses Belajar Mengajar,
Bandung; Rineka Cipta, 2001
Slameto,
Belajar dan Faktor yang Mempengaruhinya,
Jakarta; Rineka Cipta, 2003
Sunarto,
Metodologi Penelitian Ilmu- ilmu Sosial
dan Pendidikan, Surabaya; UNESA University, 2001
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Pendidikan, Jakarta; Rineka
Cipta, 2002
Tidak ada komentar:
Posting Komentar