Kamis, 29 Agustus 2013

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN PETA KONSEP PADA MATERI SISTEM GERAK PADA MANUSIA DI KELAS VIIIc MTs DARUL IHSAN ACEH BESAR



PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN PETA KONSEP PADA MATERI
SISTEM GERAK PADA MANUSIA DI KELAS VIIIc
MTs DARUL IHSAN ACEH BESAR



Oleh :
Eliyanti, S. Pd. I
Dosen Fakultas Tarbiyah Jurusan Biologi
Universitas Muhammadiyah Aceh






Abstrak: Rendahnya hasil belajar siswa pada materi Sistem Gerak Manusia disebabkan oleh kesulitan siswa dalam memahami materi ini, selain itu metode pembelajaran yang digunakan juga kurang tepat. Upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa adalah dengan menggunakan metode peta konsep. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa pada materi Sistem Gerak Manusia dan respon siswa terhadap penerapan metode peta konsep pada pembelajaran materi sistem gerak manusia. Subyek  penelitian ini adalah siswa kelas VIIIc MTs Darul Ihsan sebanyak 34 orang. Rancangan penelitian yang digunakan adalah pre-eksperimen dengan desain one shot case study. Pengambilan data menggunakan test dan angket, analisis data melalui teknik persentase. Hasil penelitian diperoleh 30 siswa (88,23%) mencapai ketuntasan belajar minimal (KKM) yang ditetapkan 63. Respon siswa terhadap pembelajaran dengan mengunakan peta konsep yang diterapkan sangat  positif.

Keyword: Penerapan metode pembelajaran peta konsep


1.         PENDAHULUAN

        Proses belajar mengajar secara formal adalah suatu kegiatan yang dilaksanakan secara bertatap muka antara guru sebagai pendidik dan siswa sebagai anak didik. Proses belajar mengajar berlangsung terus menerus dengan suatu rencana yang telah diprogramkan bersama. Belajar adalah suatu usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya ( Slameto, 2003).
        Ada beberapa factor yang dapat mempengaruhi penguasaan seorang siswa terhadap satuan pelajaran yaitu: bakat untuk mempelajari sesuatu, mutu pengajaran, kesanggupan untuk memahami pengajaran, ketekunan dan waktu yang tersedia untuk belajar ( Nasution, 2003). factor terse but dimaksudkan agar siswa dapat mencapai ketuntasan belajar sesuai criteria yang telah ditetapkan.
        Pembelajaran akan bermakna bagi siswa apabila guru mampu menerapkan bagaimana cara belajar, bagaimana cara berfikir, bagaimana cara menyelesaikan masalah dan membuat keputusan, dan bagaimana memotivasi siswa untuk belajar. Tidak sepatutnya, siswa bersusah payah menghafal sekumpulan konsep padahal bagi siswa konsep terse but tidak dipahaminya. Penyebab rendahnya hasil belajar yang dicapai siswa, diantaranya membudayanya belajar hafalan yang dilakukan siswa menjelang diadakan ujian. Siswa belum biasa belajar bermakna yaitu dengan mengaitkan pengetahuan baru dengan pengetahuan lama( I Nyoman Muliasa, 2002).  Jika guru mengaitkan pengetahuan awal dengan pengetahuan yang dipelajarinya, dapat diharapkan bahwa anak akan terlibat secara aktif dalam pembelajaran, terutama pembelajaran biologi. Guru bertanggung jawab untuk memberikan informasi tentang pelajaran biologi dan guru harus mampu membuat siswa tertarik untuk mempelajari konsep- konsep biologi sehingga tujuan pembelajaran yang diharapkan dapat tercapai, maka hendaklah guru berperan dalam menjadikan pembelajaran dengan penyampaian yang tepat. Pendekatan mengajar merupakan suatu cara atau jalan yang harus dilalui dalam  mengajar (Saiful, 2006).
        Biologi merupakan mata pelajaran yang sudah diajarkan di tingkat SLTP dan SLTA yang berguna untuk memberikan pengetahuan tentang alam dan lingkungan serta makhluk hidup yang tinggal di dalamnya, serta mengenmbangkan ketrampilan, wawasan dan kesadaran tentang ilmu yang berkaitan dengan pemanfaatannya dalam kehidupan sehari- hari. Salah satu materi biologi yang diajarkan di kelas VIII adalah materi system gerak. Berdasarkan silabus, Standar Kompetensi (SK) system gerak adalah “ No. 1.  Memahami berbagai system dalam kehidupan manusia”, sedangkan Kompetensi Dasar dengan “No. 1.3. Mendeskripsikan system gerak pada manusia dan hubungannya dengan kesehatan”( BNSP, 2006).
        Sebenarnya banyak pendekatan pembelajaran yang dapat digunakan guru ketika mengajar. Salah satu alat pembelajaran yang berdasarkan belajar bermakna adalah pembelajaran peta konsep. Peta konsep pertama sekali dikembangkan oleh Tony Buzan, kepada Brain Foundation. Peta pikiran (peta konsep) adalah “metode mencatat kreatif yang memudahkan siswa mengingat banyaknya informasi”. Setelah selesai, catatan yang di buat siswa membentuk sebuah pola gagasan yang saling bekaitan, dengan topic utama di tengah-tengah dan sup topikserta perincian menjadi cabang-cabangnya. metode mencatat yang baik membantu siswa mengingat perkataan dan bacaan, meningkatkan pemahaman terhadap materi, dan memberikan wawasan baru ( Bobbi, 2002).
        Peta konsep merupakan suatu jarring- jarring pembelajaran yang menunjukkan konsep apa saja yang perlu dipelajari siswa dan bagaimana keterkaitan konsep- konsep terse but sebagai alat pembelajaran. Peta konsep membantu siswa aktif berfikir untuk memusatkan pada sejumlah ide- ide pokok (berupa konsep- konsep) dari satu pokok bahasan. Penerapan peta konsep yang dilakukan guru dalam pembelajaran membantu siswa mengingat kembali materi yang telah dipelajari. Oleh karena itu, siswa tidak perlu membuat catatan selengkap mungkin, tetapi cukup membuat informasi (konsep) penting dari materi pelajaran. Peta konsep dimaksudkan untuk menggambarkan hubungan yang bermakna antara konsep- konsep dalam bentuk dua atau lebih konsep yang dihubungkan dengan kata- kata sehingga membentuk suatu kalimat  yang bermakna. Dalam bentuk yang paling sederhana, peta konsep terdiri atas dua konsep yang dihubungkan dengan satu kata untuk membentuk suatu kalimat bermakna.
        Setiap strategi dam metode pembelajaran memiliki cirri- cirri khusus yang membedakan setiap strategi dan metode. Adapun yang menjadi cirri peta konsep adalah: (1) peta konsep adalah suatu cara untuk memperlihatkan konsep- konsep dan proposisi- proposisi suatu bidang studi. (2) peta konsep merupakan suatu gambar dua dimensi dari suatu bidang studi. (3) memperlihatkan hubungan antara konsep- konsep. (4) hierarki, yaitu konsep yang lebih inklusif berada pada bagian paling atas dari peta, makin ke bawah konsep diurutkan makin menjadi lebih khusus.
        Peta konsep dalam pembelajaran biologi dapat digunakan dengan beberapa cara, antara lain: (1) peta konsep yang dibuat oleh guru; skema peta konsep dirancang oleh guru dan dibuat dalam ukuran besar kemudian ditampilkan di depan kelas untuk diperlihatkan pada siswa. Guru menjelaskan konsep- konsep terse but. (2) peta konsep yang dibuat oleh guru dan siswa; pete konsep yang digunakan adalah gabungan antara peta konsep yang dibuat oleh guru dan peta konsep yang dibuat oleh siswa, siswa hanya mengisi konsep- konsep dari skema yang sudah dibuat oleh guru. (3) peta konsep yang dibuat oleh siswa; skema peta konsep dirancang sendiri oleh siswa, guru hanya memberikan bahan bacaan kepada siswa mengenai materi yang akan diajarkan, dan menyuruh siswa mencari beberapa konsep yang terdapat dalam bacaan, mengurutkannya dari yang paling umum ke yang paling khusus.
        Dalam praktek pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di MTs Darul Ihsan, khususnya  pada materi system gerak pada manusia dari hasil observasi didapatkan, metode pembelajaraan yang digunakan adalah metode diskusi dan dan pembelajaran langsung berupa tanya jawab, dimana proses pembelajaran dimulai guru dengan mengelompokkan siswa berdasarkan tempat duduk, bukan melihat kemampuan siswa. Seharusnya kelompok yang baik adalah kelompok yang siswanya mempunyai kemampuan yang berbeda- beda (heterogen) yaitu kelompok yang terdiri dari siswa yang berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah ( Anita, 2004).
        Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu guru di MTs Darul Ihsan  diperoleh gambaran bahwa pembelajaran di kelas khususnya materi system gerak pada manusia dengan metode diskusi dan tanya jawab , siswa kurang aktif. Keaktifan belajar adalah keterlibatan aktif siswa dalam proses belajar mengajar dan merespon pelajaran yang diberikan guru. Siswa dikatakan aktif apabila siswa menanggapi pelajaran yang sedaang diajarkan guru dan ikut serta memecahkan masalah saat terjadi pembelajaran. Observasi awal menunjukkan kelas VIIIc yang siswanya berjumlah 34 orang, hanya 12 orang yang dinyatakan lulus saat evaluasi pada materi system gerak pada manusia, sedangkan siswa yang lain harus remedial. Oleh karena itu, diperlukan suatu alternative lain dari guru untuk meningkatkan nilai mata pelajaran terse but. Salah satu alternative terse but adalah dengan menggunakan peta konsep dengan tujuan agar siswa termotivasi pada materi yang akan diberikan kepadanya.
        Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penggunaan peta konsep terhadap ketuntasan belajar siswa kelas VIIIc MTs Darul Ihsan pada materi system gerak pada manusia dan untuk mengetahui respon siswa terhadap penerapan pembelajaran materi sistem gerak pada manusia pada siswa kelas VIIIc MTs Darul Ihsan.
       
2.         METODE PENELITIAN
        Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pre-eksperimen dengan desain one shot case study yaitu penelitian yang menjadikan satu kelas sebagai sampel penelitian dengan satu kali post-tes. Hal tersebut senada dengan teori yang mengatakan bahwa “salah satu rancangan eksperimen yang termasuk kelompok pre-eksperimen adalah the one shot case study. Pada rancangan ini digunakan satu kelompok yang diberikan perlakuan dan kemudian setelah perlakuan dianggap cukup, diadakan tes. Jika hasil tes itu baik, perlakuan yang diberikan dinyatakan berhasil ( Sunarto, 2001).
         Data pada penelitian ini diperoleh melalui tes berupa tes akhir (poes-test). Setelah data terkumpul yaitu angka dari tes hasil belajar ditabulasi dalam table analisis. Data dianalisis dengan menggunakan teori ketuntasan belajar dan disesuaikan dengan criteria ketuntasan minimal (KKM) khusus bidang studi biologi. Data juga diperoleh melalui angket yang bertujuan untuk mengetahui bagaimana respon siswa terhadap pembelajaran materi system gerak pada manusia dengan menggunakan metode peta konsep. Angket dibagikan kepada semua siswa di akhir pertemuan pembelajaran untuk diisi setelah tes akhir hasil belajar siswa.
        Hasil tes kemudian diolah dengan statistic untuk melihat bagaimanakah penggunaan peta konsep terhadap ketuntasan belajar siswa kelas VIIIc MTs Darul Ihsan pada materi system gerak pada manusia dan juga untuk melihat respon  siswa kelas VIIIc MTs Darul Ihsan terhadap pembelajaran dengan peta konsep pada materi system gerak pada manusia. Uji analisis yang digunakan untuk mengetahui kedua hal tersebut adalah uji persentase.

3.         HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
        Berdasarkan hasil tes yang dilakukan diketahui tingkat ketuntasan belajar siswa setelah penerapan peta konsep dapat dilihat pada table berikut:
No
Kode siswa
Skor siswa
Kriteria hasil belajar
1
X1
70
Tuntas
2
X2
85
Tuntas
3
X3
80
Tuntas
4
X4
75
Tuntas
5
X5
70
Tuntas
6
X6
75
Tuntas
7
X7
65
Tuntas
8
X8
80
Tuntas
9
X9
80
Tuntas
10
X10
75
Tuntas
11
X11
70
Tuntas
12
X12
80
Tuntas
13
X13
75
Tuntas
14
X14
55
Tidak tuntas
15
X15
70
Tuntas
16
X16
55
Tidak tuntas
17
X17
75
Tuntas
18
X18
80
Tuntas
19
X19
75
Tuntas
20
X20
65
Tuntas
21
X21
90
Tuntas
22
X22
60
Tidak tuntas
23
X23
70
Tuntas
24
X24
65
Tuntas
25
X25
70
Tuntas
26
X26
75
Tuntas
27
X27
70
Tuntas
28
X28
80
Tuntas
29
X29
75
Tuntas
30
X30
70
Tuntas
31
X31
55
Tidak tuntas
32
X32
75
Tuntas
33
X33
65
Tuntas
34
X34
65
Tuntas

        Dari table di atas diperoleh persentase nilai tes ≥ 60 adalah sebagai berikut:
        P  f / n  x 100%
        P = 30 / 34 x 100%
        P = 88,23%
        Berdasarkan persentase di atas dapat diketahui bahwa 30 siswa (88,23%) tuntas belajarnya, sedangkan 4 siswa (11,76%) tidak tuntas belajarnya. Berdasarkan criteria yang telah ditetapkan oleh sekolah yang diteliti menyatakan bahwa seorang siswa dikatakan tuntas belajar bila memiliki daya serap paling sedikit 63%, sedangkan ketuntasan belajar klasical tercapai bila paling sedikit 80% siswa di kelas tersebut telah tuntas belajar, maka dapat disimpulkan bahwa ketuntasan belajar secara klasical termasuk kategori tuntas.
        Berdasarkan data hasil penelitian yang diperoleh melalui angket respon siswa terhadap pembelajaran dengan peta konsep adalah positif. Hal itu terlihat dari jawaban siswa pada saat diajukan pertanyaan, “pendapat siswa mengenai materi system gerak pada manusia yang diajarkan dengan peta konsep dapat dengan mudah dipahami siswa”, hampir semua siswa (85,29%)  berpendapat bahwa siswa dapat lebih mudah memahami materi system gerak melalui penggunaan peta konsep. Hal itu disebabkan karena peta konsep merupakan belajar bermakna yang mengaitkan informasi yang baru dengan informasi lama.
        Pertanyaan kedua yang diajukan mendapat respon 82,34% siswa setuju bahwa siswa dapat dengan mudah mengingat konsep- konsep system gerak pada manusia, karena penyajian materinya yang tidak membosankan hal ini karena pada saat pembelajaran berlangsung peta konsep dibuat sendiri oleh siswa. Penyusunan peta konsep merupakan pencerminan dari struktur konseptual yang dimiliki oleh seseorang. Oleh karena itu, peta konsep yang dibuat seseorang dengan orang lain belum tentu sama disebabkan sudut pandang setiap orang berbeda sehingga berbeda pula peta konsep yang dihasilkan.
        Pertanyaan pendapat siswa tentang siswa tidak merasa ada perbedaan antara belajar melalui peta konsep dengan belajar seperti biasa mendapat respon 73, 52% siswa tidak setuju, karena sebagian besar siswa merasakan adanya perbedaan antara belajar melalui peta konsep dengan belajar seperti biasa. Hal ini terlihat pada saat pembuatan peta konsep siswa sangat aktif. Sebanyak 58,82% siswa menjawab tidak setuju terhadap pernyataan siswa tidak dapat memahami dengan jelas system kerja kelompok yang digunakan dalam pembelajaran menggunakan peta konsep. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa siswa dapat memahami dengan jelas system kerja kelompok yang digunakan dalan pembelajaran menggunakan peta konsep.
        Siswa berminat mengikuti kegiatan pembelajaran dengan menggunakan peta konsep pada materi yang lain, hal ini terbukti dengan 58,82% siswa menjawab setuju dan 29,41% siswa menjawab sangat setuju pada pertanyaan tentang minat siswa mengikuti kegiatan pembelajaran dengan peta konsep pada materi yang lain. Tentang peta konsep cocok diterapkan untuk materi biologi yang lainnya, siswa menjawab 44,11% setuju, 50% sangat setuju, dan hanya 5,88% tidak setuju. Data tersebut menggambarkan bahwa sebagian besar siswa sangat setuju jika peta konsep diterapkan untuk materi biologi yang lain.
        Sebanyak 73,52% siswa menjawab tidak setuju jika dikatakan siswa tidak merasakan suasana yang aktif dalam kegiatan pembelajaran materi system gerak pada manusia dengan menggunakan peta konsep, hanya 20,58% siswa menjawab setuju, dan 5,88% siswa menjawab sangat setuju. Pendapat bahwa siswa tidak mandiri dalam belajar dengan menggunakan peta konsep dibantah oleh siswa. Hal itu terbukti sebanyak 82,23% siswa menjawab tidak setuju jika siswa dikatakan tidak mandiri dalam belajar dengan menggunakan peta konsep.
        Sebagian besar siswa yaitu sebanyak 52,94% siswa menjawab setuju dan 26,47% siswa menjawab sangat setuju tentang daya nalar dan kemampuan berfikir siswa lebih berkembang saat pembelajaran dengan menggunakan peta konsep dan hanya 20,58% siswa menjawab tidak setuju. Hal ini disebabkan, pada saat pembuatan peta konsep dituntut kreatifitas dari siswa untuk menghasilkan peta konsep yang bagus. Peta konsep adalah mencatat kreatif yang memudahkan siswa mengingat banyak informasi (Bobbi, 2002).
        Berdasarkan jawaban siswa tentang pembelajaran menggunakan peta konsep bukankah merupakan pembelajaran yang baru diketahui 61,76% siswa menjawab tdak setuju, 23,52% siswa menjawab sangat setuju, dan 14,70% siswaa menjawab setuju. Dengan demikian, pembelajaran menggunakan peta konsep bukan merupakan pembelajaran yang baru bagi siswa.
        Kriteria ketuntasan minimum di MTs Darul Ihsan yang telah ditetapkan bahwa siswa dikatakan tuntas belajar apabila memiliki daya serap paling sedikit 63%, sedangkan ketuntasan belajar secara klasikal tercapai apabila paling sedikit 805% khususnya pada pokok bahasan system gerak pada manusia. Data yang diperoleh menunjukkan bahwa sebanyak 4 siswa (11,76%) tidak tuntas, sedangkan 30 siswa (88,23%) tuntas sehingga ketuntasan belajar secara klasikal digolonngkan tuntas. Berdasarkan informasi dari guru diperoleh bahwa siswa yang belum mencapai ketuntasan telah diberikan remedial dan telah mencapai ketuntasan. Ada beberapa factor yang dapat mempengaruhi penguasaan seseorang siswa dalam satuan pembelajaran, seperti dikemukakan oleh Nasution:” beberapa factor yang dapat mempengaruhi penguasaan seorang siswa terhadap satuan pelajaran yaitu; bakat untuk memperoleh sesuatu, mutu pengajaran, kesanggupan untuk memahami pengajaran, ketekunan, dan waktu yang tersedia untuk belajar”. Kelima factor tersebut perlu diperhatikan guru ketika melaksanakan pembelajaran tuntas sehingga siswa dapat mencapai ketuntasan belajar sesuai criteria yang telah ditetapkan.
        Berdasarkan data hasil angket respon siswa terhadap pembelajaran dengan menggunakan peta konsep adalah positif dan siswa berminat untuk mengikuti pembelajaran berikutnya dengan menggunakan peta konsep. Minat positif dari siswa akan membuat siswa antusias untuk belajar sehingga siswa diharapkan dapat memperoleh hasil belajar yang lebih baik. Siswa juga berpendapat bahwa dengan peta konsep siswa mudah mengingat konsep- konsep system gerak pada manusia karena penyajian materinya yang tidak membosankan. Selain itu, pembelajaran dengan menggunakan peta konsep bukan merupakan suatu hal yang baru bagi siswa kelas XIc MA Darul Ihsan. Walaupun demikian, metode Tanya jawab dan metode diskusi adalah metode yang domonan dilakukan dalam pembelajaran.
        Minat merupakan factor internal yang mrmprngaruhi prestasi belajar siswa.  Siswa yang mempunyai minat belajar yang tinggi cendrung mempunyai prestasi belajar yang tinggi pula. Minat merupakan keinginan atau kesadaran seseorang untuk melakukan suatu kegiatan. Maka minat seseorang terhadap pelaajaran dapat dilihat dari kemajuan yang dicapainya dalam bidang tersebut. Siswa yang mempunyai minat terhadap pelajaran biologi akan merasa senang, berhasrat, dan giat dalam belajar biologi sehingga dapat menyebabkan tercapainya prestasi yang tinggi dalam bidang studi biologi.
        Apabila peta konsep tidak didukung oleh factor tersebut maka kurang berjalan dengan baik dan mengakibatkan ketuntasan belajar siswa akan kurang berhasil karena minat sangat berhubungan dengan ketuntasan belajar. Dengan demikian, penggunaan peta konsep dalam proses belajar mengajar sangat bagus sehingga siswa berhasil dalam belajar dan siswa dapat timbul minat, semangat, dan kesadaran untuk belajar khususnya pada pokok bahasan system gerak pada manusia.            

4.         PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitain dan pengolahan data dapat disimpulkan bahwa penerapan pembelajaran metode peta konsep dapat menuntaskan hasil belajar siswa pada pokok bahasan system gerak pada manusia di kelas VIIIc MTs Darul Ihsan yaitu 88,23%. Respon siswa terhadap pembelajaran metode peta konsep yang diterapkan di kelas VIIIc MTs Darul Ihsan adalah positif yang ditandai dengan lebih mudahnya pemahaman siswa pada pokok bahasan system gerak pada manusia, pembelajaran tidak membosankan, siswa merasa lebih mandiri, dan juga mereka berminat mengikuti pembelajaran.
Sebagai kelanjutan dari penelitian disarankan dalam pemilihan metode mengajar, metode peta konsep merupakan salah satu metode yang dapat digunakan oleh guru untuk menuntaskan hasil belajar siswa. Selain itu, dalam upaya mencapai kualitas proses dan kualitas hasil belajar mengajar diharapkan kepada guru untuk melatih ketrampilan proses pada siswa dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan lebih dominan dalam aktivitas belajar, sedangkan guru sebagai fasilisator.

DAFTAR PUSTAKA
Anas Sudjono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo, 2007
Bobbi Deppoter, Quantum Teaching, Mempraktekkan Quantum Learning di Ruang Kelas, Bandung; Kaifa, 2002

I Nyoman Muliasa, Penggunaan Peta Konsep dalam Pembelajaran (makalah), Malang: Program pasca Sarjana UNM, 2002
Lie Anita, Cooperatif Learning: Mempraktekkan Kooperatif Learning di Ruang Kelas, Jakarta; Gramedia Widiasarana Indonesia, 2004

Nasution, Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar, Jakarta; Bumi Aksara, 2003

Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, Bandung; Rineka Cipta, 2001

Slameto, Belajar dan Faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta; Rineka Cipta, 2003

Sunarto, Metodologi Penelitian Ilmu- ilmu Sosial dan Pendidikan, Surabaya; UNESA University, 2001

Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Pendidikan, Jakarta; Rineka Cipta, 2002

Tidak ada komentar:

Posting Komentar